Pages - Menu

Selasa, 17 April 2018

Cintaku dari Desa

Semangat pagi Penikmat Kopi.

Bertemu dengan seseorang yang berasal dari desa tak membuat cintaku berkurang padanya. Dia yang telah berjuang untuk masa depan yang lebih baik dengan merantau jauh dari desanya. Dia berasal dari keluarga petani sederhana. Kalaupun dia menjadi seperti sekarang ini, tak lain karena perjuangan berpeluh dari kedua orang tuanya. 

Berulang kali dia cerita tentang asal muasalnya dari desa, aku hanya membayangkan bentangan sawah nan hijau dan gemericik air sungai di sekitarnya. Sepertinya akan menyenangkan ada di sana. 

Sampai datanglah waktu yang dinanti. Dia mengajakku ke desa, berkenalan dengan orang tuanya. Matahari belum menampakkan sinarnya kala itu. Kucoba membuka mata  meski berat demi bisa menikmati apa saja yang bisa kulihat. Ah, tak salah imajinasiku selama ini. Bentangan sawah hijau nan luas ada di depan mata. Meski saat itu lebih tepat dikatakan hitam karena masih gelap. 

Tapi bukan di sana rumah Si Cinta. Meninggalkan bentangan sawah, kami pun mulai memasuki sebuah jalan kecil dengan pepohonan yang rapat di kiri dan kanan. Lampu penerangan tak cukup membantuku untuk mencari jawaban di mana kami berada. Jarak dari satu rumah ke rumah berikutnya terpisahkan oleh bermacam-macam pepohonan. Sunyi dan sepi. 

Oh Tuhan, ini bukan desa. Sepertinya lebih tepat kalau aku menyebutnya hutan. 

Lamunanku buyar ketika mobil berhenti di depan sebuah rumah sederhana yang dikelilingi pepohonan. Aku yang tak cukup baik mengenal nama-nama pohon hanya bisa mengidentifikasi pohon kelapa. 

Sambutan hangat dari calon mertua membuatku lupa pada pertentangan pikiran hutan atau desa. Usahaku untuk tampil sebaik mungkin di depan mereka membuat pikiranku sejenak beralih. Sampai matahari mulai menampakkan senyumnya, akhirnya aku kembali pada imajinasiku kala itu.

Tak ada bentangan sawah atau suara gemericik air sungai. Hanya pepohonan sepanjang mata memandang yang membuat matahari muncul malu-malu di sela-selanya. Aku menarik nafas panjang menikmati udara sejuk di samping rumah. Induk ayam dan anak-anaknya mulai berlarian mencari makan. Kambing-kambing pun mulai mengeluarkan suara menyambut pagi yang cerah. Dan inilah desa, tempat kelahiran Si Cinta.

#30DWC
#30DWCJilid12
#Squad3
#day26
#tema
#desa

Tidak ada komentar:

Posting Komentar