Selamat menunaikan ibadah puasa di bulan Ramadhan ya. Semoga kita bisa mendulang pahala di bulan penuh berkah ini.
Kalau berbicara tentang Ramadhan, ada satu hal yang selalu melekat erat dalam benak kita selain rangkaian ibadah yang harus kita lakukan tentunya. Satu hal yang sangat sering muncul di TV sebagai tanda Ramadhan akan segera tiba. Bahkan ketika penetapan hari pertama puasa belum diumumkan, satu hal ini sudah jadi penanda tersendiri.
Yup, satu hal itu adalah sirup.
Beberapa hari menjelang Ramadhan biasanya iklan sirup sudah bertebaran. Bukan hanya iklannya saja, minimarket sampai supermarket sudah sibuk memajang sirup pada deretan terdepan tokonya. Dan ini rasanya sudah terjadi sejak lama.
Ada hubungan apa sih antara sirup dan Ramadhan?
Menyajikan sirup pada saat berbuka puasa baik diseduh langsung dalam bentuk minuman dingin maupun menjadi campuran es buah atau es campur sudah menjadi tradisi yang turun temurun. Slogan 'Berbukalah dengan yang manis' menjadi andalan dan alasan untuk menjadikan sirup sebagai primadona di bulan puasa. Penjualan sirup meningkat drastis di bulan ini. Produsen sirup meningkatkan intensitas iklannya dengan kemasan cerita-cerita yang menarik. Pihak penjual juga meningkatkan stok sirupnya pada bulan Ramadhan.
Sebenarnya darimana asal slogan 'Berbukalah dengan yang manis?'
Ternyata slogan berbukalah dengan yang manis adalah hasil pemikiran tidak utuh atas hadits Rasul. Padahal Rasul menganjurkan kita untuk berbuka dengan kurma, jika tidak ada maka cukup dengan air putih saja.
"Biasanya Rasulullah berbuka puasa dengan ruthab sebelum sholat maghrib. Jika tidak ada ruthab (kurma muda) maka dengan tmar (kurma matang), jika tidak ada tamr maka beliau meneguk beberapa tegukan air"
(HR. Abu Daud)
Manisnya rasa kurma pada akhirnya membuat hadits ini disalah tafsirkan menjadi berbukalah dengan yang manis. Padahal pada hadits tersebut sudah jelas disebutkan jika tidak ada kurma maka Rasulullah hanya meneguk beberapa tegukan air.
Kurma mengandung karbohidrat kompleks dan kadar glikemiks indeksnya rendah. Jika kita mengkonsumsi makanan dengan karbohidrat kompleks dan kadar glikemiks indeks yang rendah, energi akan dilepas perlahan-lahan sehingga lebih tahan lama, dan respon insulin juga rendah. Jadi kurma aman dikonsumsi ketika berbuka puasa. Akan tetapi yang perlu menjadi catatan, kurma dengan karbohidrat kompleks dan GI rendah adalah kurma asli yang masih segar. Kurma segar nutrisinya sangat tinggi tapi kalorinya rendah. Sedangkan di Indonesia kebanyakan yang beredar di pasaran adalah manisan kurma yang mengandung gula sangat banyak untuk keperluan pengawetan.
Lalu bagaimana dengan sirup?
Sirup mengandung kadar gula dan glikemik indeks yang sangat tinggi. Padahal ketika berpuasa, kadar gula dalam darah kita menurun. Jika perut kita yang kosong seharian langsung diisi dengan makanan atau minuman yang tinggi gula maka respon insulin dalam tubuh akan melonjak. Dengan kata lain gula darah dalam tubuh pun akan meningkat dengan cepat. Hal ini sangat tidak sehat dan tidak baik untuk tubuh. Selain itu, makin tinggi respons insulin dalam tubuh, maka akan meningkat juga respon tubuh untuk menimbun lemak.
Teori ini sejalan dengan hadits Rasulullah yang menganjurkan untuk berbuka dengan kurma, jika tidak ada maka cukup berbuka dengan air putih saja. Ingat ya, kurma itu tidak dapat digantikan dengan sirup atau makanan minuman manis lainnya.
Jadi masih mau berbuka dengan yang manis?
#RWC #RamadhanWritingChallenge #ODOP #OneDayOnePost #Day1
0 komentar:
Posting Komentar