Senin, 30 April 2018

Resensi Buku: Bumi


Semangat pagi Penikmat Kopi. 

Aku mau nulis resensi novel dari penulis favoritku nih, Tere Liye. Bukan seperti novel-novel sebelumnya yang menceritakan dunia nyata dengan segala warna-warni kehidupannya, kali ini Tere Liye menyuguhkan cerita fantasi. Membaca novel berjudul Bumi ini mengingatkanku pada serial Harry Potter. Novel Bumi adalah buku pertama dari 4 buku dalam serial ini. Buku berikutnya adalah Bulan, Matahari dan Bintang.

Judul: Bumi

Penulis: Tere Liye

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Kota Penerbitan: Jakarta

Tahun Terbit: 2014

Cetakan: Kelimabelas, Januari 2017

Ketebalan: 440 halaman

ISBN: 978-602-03-3295-6

Namaku Raib, usiaku 15 tahun, kelas sepuluh. Aku anak perempuan seperti kalian, adik-adik kalian, tetangga kalian. Aku punya dua kucing, namanya si Putih dan si Hitam. Mama dan papaku menyenangkan. Guru-guru di sekolah  seru. Teman-temanku baik dan kompak.
Aku sama seperti remaja kebanyakan, kecuali satu hal. Sesuatu yang kusimpan sendiri sejak kecil. Sesuatu yang menakjubkan.
Namaku Raib. Dan aku bisa menghilang.
Bercerita tentang Raib, seorang gadis kelas sepuluh SMA yang suka membaca dan suka pelajaran bahasa. Raib hanya gadis biasa sama dengan yang lainnya kecuali tentang keistimewaan yang dimilikinya. Dia bisa menghilang jika menutupkan kedua tangan di wajahnya. Keistimewaan ini sudah dimilikinya sejak umur 2 tahun. Tidak satu orang pun mengetahui hal ini.

Sampai suatu hari Ali, si kutu buku, teman sekolahnya mengetahui keistimewaan Raib. Mereka sama-sama sedang dihukum Miss Selena, guru matematika, karena tidak mengerjakan tugas. Raib menghilang dan Ali melihat prosesnya. 

Suatu hari Raib mengalami kejadian aneh di rumahnya. Ada sosok tinggi kurus yang tiba-tiba muncul di cermin kamarnya. Tamus, mengaku kenal Raib sejak ia kecil. Anehnya, si Hitam kucing milik Ra, panggilan Raib, ada di balik cermin bersama sosok itu. Tamus memberitahu jika Ra bisa menghilangkan barang yang ada di sekitarnya. 

Ra juga mendapatkan buku PR matematika dari gurunya yang berisi pesan singkat yang aneh. Pesannya adalah apapun yang terlihat, boleh jadi tidak seperti yang kita lihat. Apapun yang hilang, tidak selalu lenyap seperti yang kita duga. Ada banyak sekali jawaban dari tempat-tempat yang hilang. Kamu akan memperoleh semua jawaban. Masa lalu, hari ini, juga masa depan.

Keanehan demi keanehan semakin sering hadir dalam hidup Ra sejak pertemuannya dengan Tamus. Termasuk terjadinya kekecauan di dekat sekolah yang merobohkan gardu listrik dan hampir mengenai tubuh Ra dan Selly, sahabatnya. Pada kejadian itu tiba-tiba Selly bisa mengeluarkan listrik dari tangannya dan Ra bisa menghilangkan gardu listrik itu. Ali, si kutu buku, yang melihat kejadian itu mengajak mereka untuk segera lari ke aula sekolah. 

Ternyata cerita lebih seru justru berawal di aula sekolah tersebut. Raib, Selly dan Ali bertemu dengan Tamus dan anak buahnya. Tamus ingin membawa Raib ke dunia Bulan agar membantunya membangkitkan kembali Si Tanpa Mahkota yang dipenjara di Penjara Petak Bayangan Tanpa Bayangan.

Kejadian ini mengungkap fakta tentang asal usul Raib, Selly, Ali dan Miss Selena, sang guru Matematika. Raib dan Miss Selena adalah keturunan klan Bulan. Sedangkan Selly adalah klan Matahari dan Ali adalah manusia biasa dari klan Bumi. 

Membaca novel ini memerlukan waktu lama karena aku harus beberapa kali menutup dan membuka kembali bukunya. Tere Liye selalu berhasil membuat aku larut dalam ceritanya. Ada rasa tegang, takut, dan penasaran sekaligus ketika membacanya. 

Meskipun novel ini berisi cerita fantasi, Tere Liye tetaplah penulis yang handal. Dia tetap menunjukkan ciri khas tulisannya yaitu detail dalam menggambarkan setiap latar tempat, waktu maupun konflik yang terjadi. Tere Liye selalu sukses membuat cerita yang mengalir tapi tajam dan mampu menghipnotis pembaca untuk larut ke dalam imajinasinya.

Tengkleng Gajah Jogja


Semangat pagi Penikmat Kopi.

Yuhuuuuu paling semangat kalau mau nulis tentang kuliner. Ngetik sambil bayangin makanan enak itu rasanya....

Lapar. Hahahaha.

Baiklah, kali ini aku mau berbagi info tentang kuliner Jogja yang sedang ngehits. Aku ke sini akhir Maret lalu waktu berlibur bareng my little family. Hasil dari browsing kuliner fenomenal Jogja membawa langkah kami ke Warung Tengkleng Gajah.

Waktu aku upload foto di medsos tentang Tengkleng Gajah, banyak yang nanya, beneran daging gajah ya? Heloooo, gak mungkin juga kaleee pakai daging gajah. Masa gajah makan gajah. :-D 

Sebenarnya semua menu yang ada di warung ini berbahan dasar daging kambing. Hanya saja potongan tulang kambingnya yang berukuran besar saat disajikan membuat orang menyebutnya dengan tengkleng porsi gajah. Kemudian jadilah Warung Sari Roso Mulyo ini lebih dikenal dengan nama Warung Tengkleng Gajah.



Warung Tengkleng Gajah sebenarnya hanya warung sederhana. Terletak di Jl. Kaliurang KM. 9.3, Bulurejo, Minomartani, Ngaglik, Kabupaten Sleman. Lokasinya mudah dijangkau dari pusat kota. Dari perempatan jalan Kaliurang di Ringroad Utara kalian ambil saja arah utara sampai sekitar 9 km. Lalu cari pertigaan ke arah timur (kanan) sebelum lampu merah Merapi View. Nah, lokasi Tengkleng Gajah ada di sebelah kanan, sekitar 1 km dari pertigaan tersebut.

Saran aku sih kalau ke sini jangan pas perut sudah dalam kondisi lapar. Karena dijamin kalian bakal kelaparan lebih lama. Antrinya ruarrrrrr biasa, apalagi saat musim liburan. Kemarin aku tergolong beruntung, karena datang langsung dapat meja kosong. Tapi bukan berarti aku gak nunggu lama lho. Aku dan keluarga masih harus menunggu sekitar 45 menit sampai hidangan diantar ke meja. Itupun di tempat tunggu sudah banyak tamu yang mengincar meja kita. 

Oh ya, untuk pemesanan makanan, kita langsung ambil buku menu dan kertas untuk menulis pesanan di meja dekat kasir. Lalu langsung dikasih ke bagian dapur biar lebih cepat diproses. Setelah itu silahkan duduk manis dengan penuh kesabaran. Kalau perlu kita harus siapkan air mineral sebelum datang ke sini, karena minumannya pun lumayan lama sampai di meja.

Eits, kalau antrinya luar biasa, bagaimana dengan tempat parkirnya? 

Tenang saja, Warung Tengkleng Gajah menyediakan tempat parkir yang cukup luas kok untuk. Sejauh mata memandang tempat parkirnya muat sampai puluhan mobil.



Okay, sekarang kita mulai bahas makanannya. Meski antrinya ruarrrr biasa, aku bilang sih worth it  banget dengan rasa yang akan kita nikmati nantinya. Kami kemarin pesan gule, tengkleng dan sate goreng. Tiga-tiganya maknyussss. Dan harganya aku bilang sih lebih murah dibanding harga sate kambing langganan aku di rumah.


Gule kambingnya disajikan dengan irisan kubis mentah yang segar banget. Kuah kuning gulenya legit dan terasa sekali gurih bumbunya. Perpaduan rempah-rempah yang ada dalam bumbu sangat memanjakan lidah. Dagingnya pun empuk jadi anak-anak gak susah makannya. 


Tengkleng gajahnya benar-benar porsi gajah. Tulang-tulang berukuran besar disajikan dengan kuah lezat yang masih panas dilengkapi irisan kubis dan cabe rawit. Wihhhhhh, ngiler pemirsa. Pesanku sih kalau makan tengkleng gajah ini lupakan kata jaim. Nikmati satu per satu potongan tulang yang dagingnya masih melekat erat di sana. Sruput pelan-pelan kuah yang penuh dengan aroma rempah di antara tulang-tulang itu.


Sate goreng, seperti namanya menu ini adalah sate kambing yang digoreng atau ditumis lagi dengan bumbu. Disajikan dengan irisan kubis, irisan bawang merah, ketimun dan tomat. Rasa sate goreng ini lebih legit dari sate biasa. Mungkin karena ada proses ditumis lagi setelah sate matang sehingga bumbunya lebih meresap ke dalam daging. Jujur, ini adalah sate goreng paling enak yang pernah aku makan. Sebenarnya aku ingin nambah, tapi gak sanggup buat menunggu lebih lama lagi. 

Kata suamiku, kita wajib datang ke sini kalau liburan ke Jogja lagi. Wiiihh sepertinya bapak ganteng ini juga sepakat denganku kalau Tengkleng Gajah juara rasanya.

Jejamuran, Wisata Kuliner Jogja

Semangat pagi Penikmat Kopi.

Adakah yang pernah mendengar tentang Jejamuran Jogja?


Yup, Jogja punya tempat kuliner unik yang bernama Jejamuran. Sesuai dengan namanya, tempat kuliner satu ini menyajikan menu-menu unik berbahan dasar jamur. Letaknya di Jalan Pramuka No.53, Pandowoharjo, Kecamatan Sleman, Kabupaten Sleman. Lebih dekat ke arah Magelang sebenarnya, karena seingatku kemarin baru sampai di perbatasan Magelang - Jogja lalu belok kiri ke Jalan Pramuka ini. Sepanjang jalan banyak rumah makan serba jamur. Sepertinya daerah ini adalah sentra budidaya jamur.

Kesan pertama waktu sampai di Jejamuran adalah takut mahal. Hahaha. Beneran deh. Begitu mobil masuk lobi depan resto ini, kita disambut 2 satpam sekaligus. Welcome vie dari resto juga keren dan bersih. Trus kita disambut oleh semacam resepsionis dimana kita harus daftar dulu untuk mendapatkan meja. Tuh bener kan kalau aku mikir takut mahal. Maklum wong ndeso belum pernah makan pakai daftar dulu begini. 

Sempat terpikir memang seramai apa ya resto ini kok pakai daftar. Dan ternyata benar-benar ramai. Tapi penuhnya tamu tidak membuat resto ini tampak berantakan dan sesak. Jejamuran adalah resto paling teratur yang pernah aku datangi. Sepanjang lorong tempat makan berjejer petugas yang membawa handy talky sama dengan yang dipakai resepsionis di depan tadi. Mereka menyambut dan mendampingi tamu menuju meja. 

Tempatnya bersih, banyak kolam ikan dan pepohonan yang membawa suasana resto jadi lebih segar dan menyenangkan. Resto ini luas banget lho Penikmat Kopi. Entah ada berapa ratus kursi yang disediakan. Tapi yang pasti ada beberapa area tempat duduk. Ada yang di dalam ruangan ber-AC seperti yang aku tempati kemarin, ada yang di sepanjang lorong dengan pemandangan taman, ada yang di pinggir kolam ikan, dan ada juga yang di ujung belakang dengan fasilitas live music

Oh ya Penikmat Kopi, sebelum membahas menu sekalian aja ya aku ma membahas toilet dan mushola. Setiap mbolang kemanapun, dua area ini akan menjadi pusat perhatianku. Karena kadang ada tempat wisata atu kuliner keren tapi toilet dan musholanya gak comfortable. Nah, di Jejamuran ini benar-benar keren semua fasilitasnya. Sampai aku berpikir pemilik resto ini pasti orang dengan pemikiran super detail. Musholanya cukup besar dan bersih. Mukena dan sarung yang disediakan di sana bersih dan wangi tanpa jamur, karena jamurnya hanya ada pada makanan kalian. Hahahaha. Biasanya kan kalau kita memakai mukena di tempat umum banyak bintik-bintik hitam alias jamuran mukenanya karena jarang dicuci tuh. Nah, kalian gak bakal nemuin yang seperti itu di sini. Trus, toiletnya juga bersih. Aku melihat ada 1 petugas yang stand by di toilet dan aku melihat dia gak berhenti bekerja. Pegang lap kaca dan pel lantai terus.

Well, sudah banyak membahas tentang fasilitas, pasti sudah gak sabar untuk membahas menu ya Penikmat Kopi. Sesuai dengan namanya, Jejamuran, semua menu di sini berbahan dasar jamur. Meski ada juga beberapa pilihan menu berbahan dasar ayam, bebek dan tahu tempe. Kemarin kami memesan nasi goreng jamur, tongseng jamur, sate jamur, lumpia jamur, dan goreng tepung portabella. 

Dan aku jatuh cinta dengan semua makanannya. Enak kabeh. Rasa tongsengnya gak kalah sama tongseng daging kambing. Kuahnya mantab banget. Sate jamur dengan paduan bumbu kacang yang legit juga memanjakan lidah. Lumpia jamur alhamdulillah aku masih kebagian karena repeat order akibat kalah rebutan sama anak ragil. Goreng tepung portabella juga crunchy dan gurih. Nasi goreng jamur, kata anak-anak enaaaaakkk. Dan aku hanya kebagaian nyicip satu sendok saja. 

Sebenarnya masih penasaran dengan beberapa menu jamur lainnya. Tapi sayang, suami sudah memberikan tatapan mesra plus senyuman termanisnya. Gak jadi deh nambah menu lain lagi. :-(

Eh, hampir lupa ya buat bahas tentang pelayanan dan waktu tunggu setelah pesan makan. Pelayanannya di sini benar-benar OK. Ramah, cepat, dan aku paling suka dengan kebersihannya. Meja-meja yang baru ditinggalkan penggunanya langsung dibersihkan jadi kinclong lagi. 

Untuk urusan harga jangan khawatir Penikmat Kopi. Harganya masih bersahabat dengan kantong kok. Setidaknya dibandingkan dengan rasa, pelayanan dan kenyamanannya. 

Pokoke puas banget deh kulineran di sini. 




Menuju pintu keluar ada satu spot unik lho, di pojokan dekat kolam ikan besar ada kios penjual gorengan. Buat aku itu unik. Di dalam restoran keren kayak gini tiba-tiba ada penjual gorengan.Berhubung suami masih menatap dengan mesranya, kali ini aku gak icip-icip gorengan di sini. 

Dan tepat di tembok sebelah kios gorengan , sepanjang jalan menuju pintu keluar ada wall of fame berisi foto-foto dan kumpulan berita tentang sejarah Jejamuran. Ternyata resto ini sudah banyak mendapatkan penghargaan. Selain penghargaan atas restonya, pemilik resto juga sering mendapat penghargaan atas usahanya menaikkan derajat para jamur.

Selain mengolah jamur menjadi menu makanan yang lezat, resto ini juga menyediakan oleh-oleh serba jamur. Ada keripik, rendang sampai jamur yang masih mentah disediakan di toko oleh-oleh yang terletak di pintu keluar resto. Aku sempat icip-icip tester keripiknya dan enak semua. 


Di depan toko oleh-oleh, aku kembali menemukan spot unik. Ada satu lemari kaca yang isinya adalah berbagai barang tertingga milik pengunjung. Ada kacamata, jam tangan sampai dengan HP dan kamera. Pendapatku tentang pemilik resto ini semakin bulat, super teratur dan detail.

Pada penghujung perjalanan kita di resto Jejamuran, kita bisa melihat cara pembudidayaan jamur. Berbagai tanaman jamur ada di sini. Aku dan keluarga yang tadinya hanya tahu jamur tiram dan jamur merang, jadi tahu ternyata masih banyak jenis jamur lainnya yang bisa dibudidayakan. Tempat ini biasanya menjadi spot foto favorit pengunjung.




Nah, pembahasan terakhir tentang resto Jejamuran ini adalah tempat parkir. Resto ini punya tempat parkir yang luas dan teratur. Ada jejeran kios oleh-oleh juga di sepanjang tempat parkir. Serasa sedang berada di tempat wisata gitu. Keteraturan resto Jejamuran masih bisa dirasakan sampai ke tempat parkirnya. Ada petugas khusus yang menjaga tempat parkir dan bahkan ada 2 satpam yang khusus bertugas mambantu mengatur lalu lintas di jalan depan gerbang parkir. 

Wuah benar-benar Jejamuran ini adalah tempat kuliner yang tidak hanya memanjakan lidah. Tapi pelayanannya, kebersihannya, keteraturannya sungguh memanjakan pengunjung yang datang ke sana.



Minggu, 29 April 2018

Make Over Perfect Cover Two Way Cake

Semangat pagi Penikmat Kopi.

Jangan kaget ya kalau kali ini aku bakal bahas tentang produk kecantikan. Buat kalian yang sudah kenal secara personal pasti tahu kalau aku adalah makhluk wanita yang paling malas dandan. Mau pakai bedak waktu kerja saja sudah berkah luar biasa. Kalau ditanya kenapa, maka akan aku jawab, "Entahlah."

Nah, ceritanya akhir bulan lalu aku liburan ke Jogja bareng keluarga. Waktu mampir di Ambarukmo Plaza, ternyata sedang ada bazar produk kecantikan di sana. Relung hatiku yang terdalam sebagai seorang wanita tersentuh juga akhirnya. Lirik sana lirik sini seperti ingin beli sesuatu, tapi gak tahu mau beli apa. Jangankan eye shadow, pensil alis, atau maskara. Bedak saja aku tak punya. 

Apa? Gak percaya?

Beneran lho, aku tuh bisa banget hidup tanpa bedak. Mungkin aku terlalu percaya diri, merasa sudah cantik tanpa bedak apalagi alat perang lainnya. 

Tapi karena kemarin waktu di Jogja hati kecilku sebagai seorang wanita tersentil, akhirnya kuputuskan buat beli bedak. Hanya itu yang setidaknya kutahu cara pemakaiannya. Hahaha.

Aku agak malas sebenarnya pilih-pilih bedak, karena wajahku ini agak susah ditempeli bedak. Pernah mencoba beberapa merk tapi tetap saja gak bisa rata di wajahku. Kalaupun bertemu dengan bedak yang bisa menempel rata di wajah, biasanya dia gak tahan lama. Kalau terkena panas atau saat aku berkeringat langsung leleh bagaikan lilin terbakar api. Bisa merusak mood seketika deh. 

Makanya kemarin aku sempetin buat baca review tentang bedak, sambil nunggu suami belanja. Dan pilihan jatuh pada merk Make Over. Banyak review yang bilang bedak two way cake dari merk ini keren abis. Jadi penasaran, aku langsung deh beli. Harganya 150 ribu. 


Tampilan tempat bedaknya bagus, bulat hitam minimalis. Ada tempat spons terpisah di bawah tempat bedak jadi kesannya bersih dan higienis. Pilihan warnanya ada 8 dan kemarin aku pasrah pada pilihan mbak-mbak SPGnya. Aku dipilihkan yang nomor 4, Desert.



Bagaimana kesan pertama pemakaian bedak ini?

Kaget. Beneran deh, aku kaget. Bedak ini bisa nempel dengan baik di wajah aku. Kalau bahasa para beauty blogger, tingkat coveragenya bagus banget. Bedak ini bisa menempel dengan sempurna dan rata di wajahku. Padahal aku cuma tempelin spons pelan aja ke bedaknya lalu ke wajah. Rasanya pun ringan bukan jenis bedak yang creamy atau oily di wajah. Dan taraaaaa hasilnya bisa buat aku bilang, "Yeayyyy, akhirnya aku menemukanmu."

Ada lagi yang buatku terkesan pada Make Over Perfect Two Way Cake ini, ternyata dia tahan lama. Sampai siang bahkan sore, wajahku tetap tampak kece tanpa touch up. Wuahhh ini mah jodoh namanya. Alhamdulillah.

Hasil pemakaian Make Over Perfect Two Way Cake sesuai banget sama tagline yang ada pada minicard dalam kemasannya, 'with no touch up needed, this long lasting two way cake will be your best everwhere anytime.' Kalimat ini mewakili kata hatiku banget deh. 

Sepertinya cuma itu yang bisa aku ceritakan dari Make Over Perfect Two Way Cake, karena pengetahuan dan kosakataku di bidang fashion and beauty masih nol banget. Pakai bedak aja berkah apalagi punya pengetahuan di bidang itu ya. Hahaha. 


Tapi aku akan berbagi sedikit info tentang Make Over Perfect Two Way Cake ya. 

Bedak ini mengandung berbagai macam minyak alami yang bermanfaat untuk menjaga kelembaban kulit. Minyak alami itu antara lain macademia nut oil, jojoba seed oil, soybean oil, avocado oil, chamomile flower extract dan bran extract. 

Make Over Perfect Two Way Cake juga punya 8 pilihan warna yang membuat kita lebih mudah memilih mana yang paling sesuai dengan wajah. Agar tidak salah beli, sebaiknya kita mencoba beberapa warna dulu. Kategori shade Make Over Perfect Two Way Cake berikut bisa dijadikan acuan dalam memilih warna yang tepat:

01 - Lace : untuk kulit terang dengan undertone kuning
02 - Coral : untuk kulit terang dengan undertone pink
03 - Maple : untuk kulit medium dengan undertone kuning
04 - Desert : untuk kulit medium dengan undertone pink
05 - Cinnamon : untuk kulit gelap
06 - Cappucino : untuk kulit gelap
07 - Espresso : untuk kulit sangat gelap
08 - Honey : untuk kulit gelap

Nah, semoga review tentang Make Over Perfect Two Way Cake di atas berguna buat kalian semua ya Penikmat Kopi. Terutama buat kalian yang selalu percaya diri bisa hidup cantik tanpa bedak. Coba deh bedak ini, dijamin level percaya diri kalian akan naik beberapa tingkat. 

#kelasNonFiksi #ODOP #ODOPBatch5 #tantanganreviewproduk







Jumat, 27 April 2018

Resensi Buku: Critical Eleven


Semangat pagi Penikmat Kopi.
Rasanya seperti naik roller coaster. Terlalu sering menghela nafas panjang. Bahkan terkadang merasa sesak di dada. Hanya saja belum sampai meneteskan air mata.
Meski mungkin hidup memang seperti ini. Kadang bahagia, kadang penuh dengan kejutan indah, terkadang juga ada hal-hal yang tak pernah kita inginkan itu ada.
Critical Eleven, sebuah buku dan pelajaran berharga.
(Tulisanku di facebook, 26 Maret 2017)
Judul: Critical Eleven

Penulis: Ika Natassa

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Kota Penerbitan: Jakarta

Tahun Terbit: 2015

Cetakan: Ketujuhbelas, Januari 2017

Ketebalan: 344 halaman

ISBN: 978-602-03-1892-9

Berawal dari caption teman di instagramnya tentang buku ini, membuatku penasaran. Langsung saja deh aku masukkan dalam wishing list belanja buku. Lucunya pas jadwal belanja, aku salah beli buku. Aku beli buku lain yang sampulnya sama-sama berwarna biru, gara-gara aku lupa apa judulnya. Alhasil buku ini baru aku beli di bulan berikutnya. 

Critical Eleven adalah sebuah cerita pendek sebelum berkembang menjadi sebuah novel yang keren. Dalam kumpulan cerpen berjudul Autumn Once More, Critical Eleven menceritakan tentang sosok wanita dalam sebuah penerbangan sedang mengenang awal pertemuannya dengan sosok lelaki yang menjadi kekasihnya. Tapi pertemuan yang manis antara keduanya telah menjadi sebuah masa lalu yang membuat mereka kembali asing satu sama lainnya. 

Cerita pendek itu dikembangkan kemudian menjadi sebuah novel yang luar biasa. Tanya Baskoro (Anya) dan Aldebaran Risjad (Ale) adalah dua tokoh utama dalam novel ini. Keduanya bertemu dalam penerbangan Jakarta-Sidney. Sebelas menit paling kritis dalam pertemuan itu rupanya membawa kesan tersendiri bagi mereka. Tiga menit pertama Anya terpikat, tujuh jam berikutnya mereka duduk bersebelahan dan saling mengenal lewat percakapan serta tawa, dan  delapan menit sebelum berpisah Ale yakin dia menginginkan Anya. 

Setelah melalui proses meyakinkan diri yang panjang, akhirnya mereka pun menikah. Profesi Ale sebagai petroleum engineer yang hanya memiliki waktu 5/5, yaitu lima minggu di rig dan lima minggu libur membuat mereka harus hidup berjauhan. Tapi, meski tak selalu bersama, hubungan mereka tetap harmonis. 

Hingga terjadi suatu tragedi memilukan yang menjadi mimpi buruk bagi pasangan suami istri manapun. Sebuah tragedi yang membuat mereka kembali menjadi orang asing meski tinggal bersama. Jarak membentang di antara keduanya meski ada di bawah atap yang sama. Tragedi ini membuat pembaca bertanya-tanya apakah mereka akan dapat mempertahankan pernikahan atau justru mengakhirinya?

Membaca halaman-halaman awal membuatku merasa buku ini hanyalah novel romance biasa. Tapi begitu sampai pada halaman-halaman berikutnya, hati ini serasa naik roller coaster. Ika Natassa berhasil membawa perasaan pembaca larut ke dalam cerita. 

Karakter yang kuat dari tokoh Anya dan Ale ditambah alur cerita maju mundur sukses membuat emosiku jungkir balik. Kadang tersenyum tipis, tapi tiba-tiba aku harus menghela nafas panjang karena ada bagian cerita yang menyesakkan dada. 

Ika Natassa memang keren dalam merajut aksara. Pantaslah jika Critical Eleven disunting oleh banyak rumah produksi untuk dijadikan film. Meski aku sempat ragu apakah filmnya akan menggambarkan isi cerita dengan baik atau justru mengecewakan seperti film-film lain yang jauh dari isi novelnya. 

Dan ternyata film Critical Eleven sukses memecahkan rekor dalam kamusku yang selama ini selalu berpendapat bahwa novel yang dibuat film tidak akan sukses. Karena apa yang diceritakan dalam film biasanya tidak sebagus imajinasi kita ketika membaca novelnya. 

Film dan novel Critical Eleven dua-duanya luar biasa. Menghadirkan Adinia Wirasty dan Reza Rahardian sebagai pemeran utama membuat sosok Ale dan Anya dalam imajinasi pembaca bisa terwujud nyata. Keseluruhan cerita dalam novel bisa tersampaikan dengan utuh dan cantik dalam film. Apalagi chemistry dua tokoh utama film ini tidak perlu diragukan lagi. Kekuatan karakter sosok Anya bahkan berhasil membawa Adinia Wirasty menyabet penghargaan pemeran utama wanita terbaik dalam Festival Film Bandung. 

Membaca novel dan menonton film Critical Eleven sama-sama membutuhkan bekal tisu yang banyak. Kita akan diajak menangis dan tertawa menyelami manis pahitnya kisah hidup Ale dan Anya. 

Diceritakan dari dua sudut pandang yang bergantian antara Anya dan Ale, membuat kita akan memilih di akhir cerita. Apakah kita termasuk tim Ale atau tim Anya?

*Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tugas resensi buku dan film kelas Non Fiksi ODOP batch 5 dan juga tugas RCO 3
#tugasRCO3 #Tugas2Level3 #OneDayOnePost #kelasnonfiksi #tantanganpekan4

Kamis, 26 April 2018

Marshanda dan Bipolar

Semangat pagi Penikmat Kopi.

Beberapa waktu lalu dunia 'lambe-lambean' kembali dihebohkan dengan tulisan artis cantik, Marshanda, pada akun media sosial tentang curahan hatinya. Marshanda menuliskan tentang rasa rindu kepada putrinya yang saat ini diasuh oleh sang mantan suami, Ben Kasyafani. 

Sejak bercerai tiga tahun lalu, hak asuh Sienna jatuh ke tangan Ben. Hal ini karena Marshanda dinyatakan mengidap suatu penyakit yang dinamakan bipolar. Berjuang seorang diri untuk menghadapi penyakit ini ditambah dengan terpisah dari putri kecilnya membuat Marshanda terkadang kembali merasa depresi. 

Dalam curahan hati di media sosial beberapa waktu lalu, dia merasa kalau dirinya adalah orang tua yang tidak memadai dan tidak mampu. Dia merasa rindu dan kehilangan masa-masa berharga bersama sang putri tercinta. Penyakit bipolar membuat dunianya hancur, membuat dia harus kehilangan segalanya terutama Sienna. 

Sebagai seorang ibu, saya merasa trenyuh dengan tulisan Marshanda tersebut. Tidak ada yang menginginkan sakit datang menerpa. Apalagi sakit ini sangat tidak enak didengar telinga. Bipolar belum familiar di tengah kita. Orang hanya menangkap kulit luarnya, penyakit mental. 

Bipolar adalah gangguan mental yang menyerang kondisi psikis seseorang, ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat ekstrem berupa manik (kebahagiaan) dan depresi (kesedihan). 

Membaca tentang pengertian bipolar ini, saya langsung takut, karena saya pun tergolong orang yang gampang senang dan gampang sedih. Apa itu berarti saya juga pengidap bipolar?

Ternyata seseorang yang mengalami gangguan bipolar itu memiliki mood swings yang ekstrem dengan pola perasaan yang mudah berubah secara drastis. Suatu saat dia bisa merasa antusias, bersemangat dan bahagia. Tapi tiba-tiba suasana hatinya bisa berubah buruk, sangat depresi, pesimis, putus asa bahkan sampai terpikir untuk bunuh diri. Bisa juga penderita bipolar ini mengalami fase campuran antara manik dan depresi. 

Gangguan bipolar dibagi menjadi bipolar I, bipolar II, cylothymia dan jenis lainnya berdasarkan sifat dan pengalaman tingkat keparahan suasana hati yang digambarkan sebagai spektrum bipolar. Gangguan bipolar saat ini sudah menjangkiti sekitar 10 hingga 12 persen remaja di luar negeri. Di beberapa kota di Indonesia juga mulai dilaporkan adanya penderita bipolar yang rata-rata berusia remaja. Resiko paling mengerikan dari gangguan bipolar ini adalah resiko kematian akibat depresi yang dialami penderita. 

Bipolar disebabkan oleh beberapa faktor seperti genetis, fisiologis dan lingkungan. Seseorang dengan gen bipolar akan memiliki peluang lebih besar untuk terkena penyakit ini. Dari segi fisiologis, bipolar disebabkan oleh terganggunya keseimbangan cairan kimia utama di dalam otak. Sedangkan dari sisi lingkungan, munculnya bipolar bisa dipicu oleh kondisi stres, mengkonsumsi alkohol dan zat-zat terlarang atau kurang istirahat. 

So, be aware Penikmat Kopi.

Bukan hanya Marshanda yang bisa terkena penyakit bipolar ini. Siapapun bisa terserang termasuk kita. Oleh karena itu, menjalani semua aktifitas sehari-hari dengan rasa ikhlas dan bersyukur itu sangat penting. Jangan sampai kesibukan membuat kita stres dan kurang istirahat. Berbahaya. Penyakit bipolar menanti di depan mata. Jaga baik-baik perasaan dan kestabilan mood kita. Seberat apapun masalah yang kita hadapi dalam hidup, jangan lupa untuk bahagia. 

*Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan OPINI pada kelas NON FIKSI ODOP Batch 5
This entry was posted in

Senin, 23 April 2018

Tercorengnya Kembali Wajah Dunia Pendidikan

Semangat pagi Penikmat Kopi.

Tragedi kekerasan dalam dunia pendidikan kembali terjadi. Seorang guru SMK di Purwokerto menampar muridnya dengan keras di depan kelas. Peristiwa yang terjadi pada Kamis, 19 April 2018 ini menambah daftar hitam dunia pendidikan.

Sang guru melakukan tindakan ini dengan sengaja bahkan dia meminta agar direkam dalam sebuah video. Tampak dalam video tersebut betapa keras tingkat tamparan yang diberikan pada siswanya. Dalam video klarifikasi yang diunggah setelah kejadian, sang guru mengatakan bahwa tujuannya memukul adalah dalam rangka mendidik siswa-siswanya. Dia juga mengatakan kalau dulu dididik dengan cara kekerasan. Ia memahami rasa sakit itu sebagai pengingat agar para siswa tidak bertindak keterlaluan lagi. 

Najeela Shihab dalam bukunya yang berjudul Keluarga Kita mengatakan jika pola pengasuhan atau pendidikan pada masa lalu memang akan sangat berpengaruh pada kehidupan seseorang. Pola disiplin, penyelesaian konflik maupun tujuan belajar seseorang dipengaruhi oleh pola pengasuhan atau pendidikan masa lalunya. Anak yang dibesarkan dengan pola kekerasan akan merekam secara terus menerus pengalaman buruk ini di bawah alam bawah sadarnya. Suatu saat dia akan melakukan tindakan kekerasan yang sama bahkan lebih pada anak yang dididiknya.

Jumlah kasus kekerasa di sekolah tidak bisa dibilang sedikit. Dalam tiga bulan pertama tahun 2018 ini saja Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) telah menerima banyak pengaduan terkait kekerasan terhadap anak didik. Pelakunya beragam, mulai dari guru, kepala sekolah, petugas sekolah lainnya  hingga sesama anak didik. 

Dari data di KPAI diketahui jika kekerasan fisik dan anak korban kebijakan mendominasi pengaduan pada triwulan ini yaitu mencapai 72 persen. Sedangkan kekerasan psikis sebanyak 9 persen, kekerasan finansial atau pemalakan/pemerasan mencapai 4 persen dan kekerasan seksual ada 2 persen. Selain itu, ada 13 persen kasus yang viral di media sosial tidak dilaporkan tapi tetap dilakukan pengawasan oleh KPAI.


Diperlukan kerjasama dari berbagai pihak untuk mengatasi masalah kekerasan dalam dunia pendidikan. Bukan hanya pihak sekolah saja yang harus memutus mata rantai tindak kekerasan ini. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan harus meningkatkan intensitas pembinaan tenaga pendidik. Memberikan pelatihan tentang cara mendidik dengan pola yang lebih asyik dan cara yang lebih modern. Bukan hanya modern dari segi teknologi tapi modern dalam membangun kedekatan dengan para siswa. 

Kerjasama dari wali siswa juga sangat diperlukan untuk mewujudkan suasana pembelajaran yang kondusif di sekolah. Memberikan pemahaman pada anak untuk selalu menghormati guru perlu dilakukan.Tak sedikit kasus kekerasan terjadi karena sang guru dipicu emosi karena kurang hormatnya siswa zaman now pada guru dan instansi pendidikan. 

KPAI dan pihak yang berwajib juga perlu mengadakan pembinaan maupun sosialisasi tentang sebab akibat tindak kekerasan pada anak. Sosialisasi dan pembinaan ini tidak hanya dilakukan pada guru tapi juga pada siswa dan wali siswa agar semua semakin sadar betapa pentingnya memutus rantai tindakan kekerasan pada anak dan siswa.

 *Tulisan ini dibuat untuk memenuhi tantangan OPINI pada kelas NON FIKSI ODOP Batch 5
This entry was posted in

Sabtu, 21 April 2018

Usai Bukan Selesai

Semangat pagi Penikmat Kopi.

Tiga puluh hari itu ternyata gak lama ya. Tanpa terasa kami para peserta #30DWCJilid12 sudah sampai di penghujung masa. Program 30 day's writing challenge telah usai, tapi bukam berarti langkah kami dalam dunia kepenulisan telah selesai. Masih panjang perjalanan kami untuk menimba ilmu dalam dunia ini. Ada cita-cita besar yang harus dicapai. 

Ada beberapa hal menarik yang perlu aku catatkan selama mengikuti program ini. Ada kata-kata dari mentor yang cukup membuatku berpikir. Apa tujuanmu menulis? Apakah hanya untuk menjaga konsistensi menulis setiap hari? Apa manfaat tulisan-tulisanmu selama ini? Apa yang kamu tulis sudah bisa dikatakan sebagai rancangan naskah bukumu?

Aku terpaksa mengingat lagi tujuanku menulis. Aku menulis untuk bahagia. Tujuan yang ini memang masih untuk diri sendiri. Dan dengan rutin menuliskan apa yang ada dalam pikiran setiap hari, aku rasa cukup membuatku bahagia. Menulis bisa menjaga kewarasan diriku untuk berada pada tingkat stabil. 

Tujuan berikutnya adalah berbagi kebaikan melalui tulisan. Selama ini aku pikir dengan berbagi pengalaman kehidupanku sehari-hari akan cukup membawa kebaikan untuk orang lain. Meski tidak banyak setidaknya ada sejumput hikmah yang bisa dipetik dari ceritaku. Ada sedikit manfaat yang bisa dipelajari dari kisah hidupku. 

Tapi kata-kata dari mentor membuatku menelaah kembali semua proses ini. Terbersit bayangan untuk mengemas tulisan-tulisanku dalam bentuk yang lebih baik dan dibukukan. Bukankah itu akan lebih bermanfaat bagi pembacanya? 

Ah, buku. Untuk yang satu ini idealismeku terlalu tinggi. Aku selalu menyamakan penulis dengan penyanyi. Keduanya bisa diterbitkan melalui dua jalan, mayor dan indi. Butuh kerja keras untuk menjadi penulis dan penyanyi yang dilahirkan dari jalan mayor. Tulisan dan suaramu harus dipastikan benar-benar bagus sebelum dinikmati oleh orang-orang di luar sana. Harus banyak berlatih, harus sabar melaui berkali-kali penolakan. Tapi ketika kamu berhasil, tulisan dan lagumu benar-benar bisa dinikmati dengan baik dan nyaman oleh pembaca dan pendengarnya. 

Lalu bagaimana dengan buku dan lagu indi? Sebenarnya banyak penulis dan penyanyi yang menerbitkan buku dan lagunya secara indi tapi memiliki kualitas yang bagus. Tapi banyak juga yang menempuh jalan ini demi status dikenal sebagai seorang penulis dan penyanyi. Ketika kalian mendengarkan deretan lagu masa kini, pasti pernah berkomentar, "Ini lagu apa sih? Kayak gini kok bisa 'dijual'?" 

Dari kualitas lagu, lirik apalagi dari teknik vokal penyanyinya banyak yang sebenarnya belum layak untuk dibilang penyanyi. Nah, yang semacam ini apa bisa dibilang bermanfaat? 

Analoginya sama dengan penulis. Gak jarang aku menemukan buku-buku teenlit ataupun genre lain di toko buku yang dicetak dari penerbit kurang terkenal. Banyak dari mereka isi ceritanya mirip-mirip. Gak ada ide baru. Itu buku yang diterbitkan secara mayor lho. Hanya penerbitnya tidak terlalu besar. Itu saja sudah seperti acara telivisi yang harusnya gak layak lolos saringan KPI tapi entah bagaimana bisa tayang setiap hari. Apalagi dengan buku yang diterbitkan secara indi. Tanpa banyak melalui proses editing dan pengolahan tulisan lebih jauh lagi tiba-tiba ribuan eksemplar buku indi beredar.

Nah, pertanyaan-pertanyaan dari mentor #30DWC berhasil menguliti idealismeku ini. Ketika kamu berstatus menerbitkan buku, apakah tulisan-tulisanmu itu sudah layak? Apa manfaat dari tulisan-tulisanmu? Apa semua tulisan yang akan kamu terbitkan sudah layak disebut sebagai naskah? 

Ya mentor, #30DWCJilid12 telah usai tapi perjuanganku untuk  belajar membuat tulisan yang bermanfaat dan tulisan yang layak disebut naskah buku belum selesai. Aku masih butuh ditempa dan dikritik oleh banyak pembaca. Aku harus menambah daftar tujuan menulisku, bukan hanya untuk bahagia dan bermanfaat saja. Aku harus menjadi penulis buku agar tulisan-tulisanku memiliki kebermanfaatan yang lebih besar bagi pembacanya.





#30DWC #30DWCJilid12 #Squad3 #Day30

Kamis, 19 April 2018

Resensi Buku: Ayahku (Bukan) Pembohong



Judul: Ayahku (Bukan) Pembohong

Penulis: Tere Liye

Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama

Kota Penerbitan: Jakarta

Tahun Terbit: 2011

Cetakan: Keempatbelas, Januari 2016

Ketebalan: 299 halaman

ISBN: 978-979-22-6905-5

Sudah lama aku ingin mengadopsi buku ini dari rak toko. Hanya saja cerita bertema ayah membuat tanganku berat untuk mengambilnya. Meski hubunganku dengan ayah baik-baik saja, setidaknya dilihat dari kulit luarnya, tapi seperti masih ada gumpalan yang menyesakkan dada.

Selasa, 17 April 2018

Blog, Kepingan Puzzle Cerita Hidupku

Semangat pagi Penikmat Kopi.

Tau gak sih, beberapa hari lalu aku menemukan sebuah catatan dari memori facebook. Di sana tertulis kalau aku punya blog yang berjudul DuniaKataKu. Astaga ini benar-benar seperti menemukan harta karun di dasar lautan. 

Mataku berbinar dan jariku bergerak cepat menelusuri alamat yang tertera. Memoriku berjalan mundur ke masa lalu. Aku tersenyum sendiri membaca satu per satu tulisan yang ada di dalamnya. Oh Tuhan, semua tulisan ini mengingatkanku akan semua peristiwa di masa itu.

Selama ini aku menyangka blog pertamaku adalah Sejuta Kata. Ternyata aku salah, tulisan pertama DuniaKataKu tertanggal 2 Januari 2009. Sedangkan tulisan pertama Sejuta Kata tertanggal 5 Juni 2012. Tapi keduanya memiliki kesamaan yaitu sama-sama tak teringat alasan dan motivasiku membuat blog-blog itu. Satu hal yang pasti, semua tulisan yang ada di dalamnya benar-benar melengkapi susunan puzzle cerita hidupku.

Meski sebenarnya ada lagi yang lebih tua dari dua blog itu. Pada masa kuliah tahun 2003 sampai 2007 aku juga sudah aktif menulis. Dulu sosial media yang paling banyak dipakai adalah friendster. Platform ini menyediakan menu blog khusus untuk penggunanya. Banyak puisi yang aku tuliskan di sana. Setelah friendster menghilang, hanya sebagian saja yang masih sempat aku selamatkan. Catatan masa mudaku, masa perjuangan dan masa penuh kegalauan. Semua cerita masa kuliah mulai dari beratnya belajar di sekolah kedinasan, kehidupan sebagai anak kosan yang jauh dari orang tua dan tak ketinggalan cerita cinta anak muda. Termasuk pula cerita pertemuan dengan pujaan hati yang sekarang menjadi pendamping hidupku. Friendster dan friendster's blog menjadi saksi perjalanan cinta kami.

Sejuta Kata yang aku kira adalah blog pertamaku berisi tentang catatan hidup setelah 3 tahun masa menikah. Sebagian besar isinya menceritakan tentang keluarga, kehidupan kantor, dan juga kegemaranku menulis. Karya berupa puisi sudah berkurang jumlahnya dibanding masa menulis di friendster dulu. Tulisan-tulisanku dalam blog bisa dibilang memiliki genre full curhat

Tapi sungguh tidak ada yang salah dengan tulisan berisi curhat. Karena ketika membacanya kembali, aku bisa menertawakan masa lalu dan mensyukuri masa kini. Itulah gunanya menulis. Tulisan-tulisanku dalam blog seperti kepingan puzzle cerita hidupku. Tak banyak orang yang mampu menuliskan kisah hidupnya. Dan aku bisa. Tak banyak orang yang mampu mengingat secara detail apa saja yang pernah dilalui di masa lalu. Dan tulisanku bisa. 

Setelah menemukan blog pertamaku beberapa hari lalu, aku membacanya dengan perlahan. Ahhhhh, aku terbuai kembali pada masa lalu. Tahun 2009 adalah masa penuh warna. Perjuangan mempertahankan cinta menuju pernikahan, kehamilan pertamaku yang berujung keguguran, kehilangan ibu yang sama sekali tak bisa aku saksikan dan juga cerita bahagia tentang kelahiran.

Tulisan yang aku baca bukan jenis blog dengan tata bahasa yang sempurna. Benar-benar hanya sebuah catatan harian yang menyampaikan isi hati dan pikiran. Tapi sekali lagi tak ada yang salah dengan genre curhatan. Karena tak semua orang mampu mengenang kembali masa lalu seperti yang aku lakukan.

Semua blog yang pernah aku punya mungkin tidak sama dengan milik kalian. Ada yang menggunakan blog untuk mencari pundi-pundi, ada yang menggunakan blog untuk sarana menebar ilmu yang perlu dibagi. Dan aku, memanfaatkan blog untuk menyimpan kepingan puzzle cerita hidupku. 

Tulisan ini diikutsertakan dalam Giveaway Sinizam.com yang diadakan oleh khoirun nizam.sekaligus menjadi cara mensyukuri penemuan harta karun blog pertamaku.


#odopbatch5 #Onedayonepost #tantangankelasnonfiksi #odop #lombablog
#30DWC #30DWCJilid12 #Squad3 #day27

Cintaku dari Desa

Semangat pagi Penikmat Kopi.

Bertemu dengan seseorang yang berasal dari desa tak membuat cintaku berkurang padanya. Dia yang telah berjuang untuk masa depan yang lebih baik dengan merantau jauh dari desanya. Dia berasal dari keluarga petani sederhana. Kalaupun dia menjadi seperti sekarang ini, tak lain karena perjuangan berpeluh dari kedua orang tuanya. 

Berulang kali dia cerita tentang asal muasalnya dari desa, aku hanya membayangkan bentangan sawah nan hijau dan gemericik air sungai di sekitarnya. Sepertinya akan menyenangkan ada di sana. 

Sampai datanglah waktu yang dinanti. Dia mengajakku ke desa, berkenalan dengan orang tuanya. Matahari belum menampakkan sinarnya kala itu. Kucoba membuka mata  meski berat demi bisa menikmati apa saja yang bisa kulihat. Ah, tak salah imajinasiku selama ini. Bentangan sawah hijau nan luas ada di depan mata. Meski saat itu lebih tepat dikatakan hitam karena masih gelap. 

Tapi bukan di sana rumah Si Cinta. Meninggalkan bentangan sawah, kami pun mulai memasuki sebuah jalan kecil dengan pepohonan yang rapat di kiri dan kanan. Lampu penerangan tak cukup membantuku untuk mencari jawaban di mana kami berada. Jarak dari satu rumah ke rumah berikutnya terpisahkan oleh bermacam-macam pepohonan. Sunyi dan sepi. 

Oh Tuhan, ini bukan desa. Sepertinya lebih tepat kalau aku menyebutnya hutan. 

Lamunanku buyar ketika mobil berhenti di depan sebuah rumah sederhana yang dikelilingi pepohonan. Aku yang tak cukup baik mengenal nama-nama pohon hanya bisa mengidentifikasi pohon kelapa. 

Sambutan hangat dari calon mertua membuatku lupa pada pertentangan pikiran hutan atau desa. Usahaku untuk tampil sebaik mungkin di depan mereka membuat pikiranku sejenak beralih. Sampai matahari mulai menampakkan senyumnya, akhirnya aku kembali pada imajinasiku kala itu.

Tak ada bentangan sawah atau suara gemericik air sungai. Hanya pepohonan sepanjang mata memandang yang membuat matahari muncul malu-malu di sela-selanya. Aku menarik nafas panjang menikmati udara sejuk di samping rumah. Induk ayam dan anak-anaknya mulai berlarian mencari makan. Kambing-kambing pun mulai mengeluarkan suara menyambut pagi yang cerah. Dan inilah desa, tempat kelahiran Si Cinta.

#30DWC
#30DWCJilid12
#Squad3
#day26
#tema
#desa

Ungkapkan atau Kau Kehilangannya

Semangat pagi Penikmat Kopi.

 "Begitulah cinta deritanya tiada akhir."
Itu adalah perkataan Chu Pat Kay si siluman babi dalam film Kera Sakti. Memang urusan cinta tak pernah habis ceritanya. Aku baru membaca sebuah buku yang bercerita tentang cinta. Dan dadaku seketika sesak begitu selesai membacanya. 

Betapa tidak, dua sejoli yang sudah berjanji tuk setia sampai nanti akhirnya terpisah hanya karena masalah komunikasi. Tapi bukan serta merta kita bisa menjawab, "Bukan jodoh lah itu berarti." Habis sudah tulisanku kalau ditutup dengan kalimat pamungkas itu. 

Dalam buku ini diceritakan ada tokoh Hesty dan Tigor yang keduanya saling mencintai. Tapi orang tua Hesty yang berkedudukan tinggi tidak menyetujui hubungan mereka dikarenakan Tigor hanyalah anak dari pembantu mereka. Sekuat apapun Tigor berusaha untuk sukses, tidak membuat mereka menjadi satu strata. 

Berpuluh-puluh tahun mereka mengupayakan bersatunya cinta. Sempat terpisah jarak tak menghilangkan cinta keduanya. Sampai suatu saat Tigor menerima kiriman foto pernikahan Hesti. Hancur hatinya. Ditambah dengan melihat langsung Hesti ada di sebelah lelaki dalam foto ketika Tigor melayat ke rumah Hesti ketika bapaknya meninggal. Kala itu Tigor ingin bertanya langsung tapi dia mengurungkannya. Pergi jauh justru menjadi pilihan hidupnya. Pergi untuk tak mengenal lagi cinta.

Lalu apa yang terjadi?

Seumur hidup Hesti menantikan Tigor kembali, sementara itu Tigor memulai lembaran baru hidupnya dalam pelarian membalut luka hati.

Dan kau tahu wahai Penikmat Kopi, ternyata ini adalah kisah nyata. Bisakah kalian membayangkan betapa sesak dadaku ketika membaca kala itu?

Cerita panjang perjuangan cinta mereka sampai berakhir setragis itu berhasil mengoyak pertahanan air mataku. Akupun langsung teringat cerita di masa lalu. Ketika seorang lelaki dengan percaya diri datang ke rumah sang pujaan hati. Tiga tahun sang lelaki menanti, menjaga pujaannya dari kejauhan demi tekad menjaga diri dan menjaga hati. Lelaki itu tak pernah mengungkapkan rasa selama tiga tahun lamanya. Dia bertekad, ketika sang pujaan menyelesaikan studi maka itulah saat yang tepat baginya untuk mengungkapkan rasa dengan melamar langsung pada orang tuanya.

Lalu apa yang terjadi?

Dia pulang membawa luka di hati. Sang pujaan telah menerima pinangan lelaki lain karena merasa tidak mendapatkan jawaban atas penantiannya. Rupanya sang pujaan pun memiliki rasa yang sama, hanya tak punya kekuatan tuk mengungkapnnnya. Posisi perempuan hanya bisa menanti, lelakilah yang harus memberikan titik pasti. Dan semua itu hanya akan tersampaikan jika ada komunikasi. Jangan hanya disampaikan dari hati ke hati. Ungkapkan atau kau akan kehilangannya.

Alhasil dua sejoli ini hidup pada jalan masing-masing dengan menyimpan kecewa di hati. Cinta datang terlambat. 

#tantanganRCO
#tokohbuku
#30DWC
#30DWCJilid12
#Squad3
#Day25

Minggu, 15 April 2018

Pendataan Potensi Desa (PODES) 2018


Semangat pagi Penikmat Kopi.

Adakah yang merindukanku eh maksudnya tulisanku? Maafkan kalau dua hari kemarin tidak sempat menulis. Badan ini tidak bisa diajak kompromi. Mengikuti pelatihan petugas Pendataan Potensi Desa (Podes) 2018 yang jadwalnya sampai jam 21.00 membuatku langsung hanyut dalam buaian begitu bertemu bantal di kamar. 

Pendataan Potensi Desa itu apa sih? 

Ini adalah salah satu kegiatan yang diadakan oleh tempatku bekerja. Oh ya, aku belum kasih tahu kalian juga ya kalau aku kerja di Badan Pusat Statistik (BPS). Itu dia tempatku bekerja, instansi pusat non kementrian yang kerjanya ngumpulin data. Nah, Potensi Desa adalah salah satu jenis kegiatan pengumpulan data yang kami laksanakan.

Hasil pendataan Potensi Desa (Podes) adalah satu-satunya sumber data tematik berbasis wilayah yang mampu menggambarkan potensi yang dimiliki oleh suatu wilayah di tingkat desa, kecamatan, dan kabupaten/kota di seluruh Indonesia. 

Podes telah dilakukan sejak tahun 1980 dan dilaksanakan sebanyak tiga kali dalam kurun waktu 10 tahun, sebagai bagian dari siklus 10 tahunan kegiatan sensus yang dilaksanakan oleh BPS. Podes dilakukan 2 tahun sebelum pelaksanaan sensus untuk mendukung kelancaran dan kelengkapan data dasar kegiatan tersebut. Pada tahun berakhiran '1', pendataan Podes dilaksanakan untuk mendukung Sensus Pertanian yaitu identifikasi wilayah konsentrasi usaha pertanian menurut sektor dan subsektor. Pada tahun berakhiran '4', Podes dilaksanakan untuk mendukung Sensus Ekonomi dalam rangka mengindentifikasi usaha menurut sektor dan subsektor. Pada tahun berakhiran '8', Podes dilaksanakan untuk mendukung Sensus Penduduk yaitu untuk identifikasi wilayah pemukiman baru.

Podes 2018 dilaksanakan di seluruh wilayah administrasi pemerintahan setingkat desa meliputi desa, kelurahan, nagari, Unit Permukiman Transmigrsi (UPT), dan Satuan Permukiman Transmigrasi (SPT) yang masih dibina oleh kementrian terkait di seluruh Indonesia. Podes 2018 juga mencakup semua wilayah kecamatan, kabupaten/kota di seluruh Indonesia. 

Podes 2018 yang akan dilaksanakan pada 2 - 31 Mei 2018 ini memiliki beberapa tujuan. Utamanya adalah menyediakan data yang dapat mendukung perencanaan kegiatan Sensus Penduduk 2000. Selain itu Podes 2018 juga sebagai sarana untuk updating Master File Desa (MFD), pemutakhiran peta wilayah kerja statistik dan updating klasifikasi/tipologi desa. 

Kegiatan ini juga akan menghasilkan data tentang keberadaan dan perkembangan potensi yang dimiliki desa/kelurahan yang meliputi: sosial, ekonomi, sarana dan prasarana wilayah. Podes 2018 juga menyedikan data pokok bagi penyusunan wilayah kecil (small area statistics) dan menyediakan data bagi penghitungan indikator-indikator pembangunan/kemajuan desa. Selain itu juga menyediakan data bagi penyusunan berbagai analisis seperti identifikasi dan penentuan desa tertinggal, variabel konteks dalam PMT, identifikasi desa rawan bencana, dan identifikasi desa yang memiliki kesulitan geografis.

Nah, itu dia sekilas informasi mengenai Pendataan Potensi Desa (Podes) 2018 yang jadwal pelatihan petugasnya cukup padat dan membuatku tak sempat menulis setelahnya. Jangan ditiru ya, itu alasan yang seharusnya tidak boleh dituruti. Kalau kata bapak Isa Alamsyah, menjadi penulis itu seharusnya 'No Excuse'.

Sumber: Buku Pedoman Pencacah Desa/Kelurahan Podes 2018
#30DWC
#30DWCJilid12
#Squad3
#day23






Kamis, 12 April 2018

Resensi Buku: Kenapa Harus Pacaran?!


Judul: Kenapa Harus Pacaran?!

Penulis: Robi'ah Al Adawiyah

Penerbit: DAR! Mizan

Kota Penerbitan: Bandung

Tahun Terbit: 2004

Cetakan: Kedua, 2004

Ketebalan: 272 halaman

ISBN: 979-3512-26-1

Ini salah satu koleksi bukuku waktu kuliah dulu. Entah apa alasanku membeli buku ini. Aku bukan golongan ukhti-ukhti yang menghindari pacaran. Tapi aku hanya anak kuliahan biasa yang tidak tahu apa manfaat pacaran ketika itu.

Yang pasti buku ini pernah aku jadikan bahan tulisan di buletin media dakwah kampus. Sssstttt, dulu aku pernah bergabung menjadi penulis buletin media dakwah kampus lho. Dan tulisanku tentang tidak pacaran pernah menyeretku pada satu masalah dengan pihak kampus. Jangan bilang siapa-siapa ya. Bahkan teman-temanku sampai saat ini belum tahu siapa penulis fenomenal itu sebenarnya. 

Eh maaf kalau jadi curhat. Kita kembali pada niat awal yuk, menulis resensi tentang buku 'Kenapa Harus Pacaran?!'

Buku ini dikemas dengan bahasa santai khas anak muda. Mengupas tuntas tentang ruginya pacaran. Kok hanya mengupas ruginya saja?

Ya karena kalau menurut buku ini, pacaran itu gak ada untungnya. Gak ada yang nyuruh juga buat pacaran. Kalau memang serius, ya nikah saja. Kesimpulan sederhana tapi sarat makna yang kita dapatkan setelah membacanya.

Buku ini cocok sekali dibaca oleh anak-anak muda yang umumnya sedang dimabuk cinta. Kita akan diajak untuk menertawakan pacaran. Disini dijelaskan kalau pacaran itu gak jelas definisinya, gak jelas ikatannya dan satu lagi, virginitas menjadi taruhan berharga masa pacaran. Pembaca diajak untuk lebih berwawasan dalam menyikapi pacaran. Ada juga cerita tentang asal muasal munculnya pacaran.

Bagusnya lagi selain mengajak pembaca untuk menertawakan pacaran, buku ini juga menawarkan solusinya. Menyadarkan anak muda akan bahaya di balik pacaran dan meyakinkan bahwa ada banyak hal yang bisa dilakukan meski tidak pacaran. Dan jatuh hati itu bisa dikelola. Kalau memang serius, akad nikah adalah jalan keluarnya. Banyak contoh kisah nyata tentang beberapa orang yang tidak menempuh jalan pacaran tapi mereka tetap memiliki cerita cinta yang indah dalam hidupnya. 

#30DWC
#30DWCJilid12
#Squad3
#day22
#tema
#pacaran

Ini Blog atau Novel?

 Semangat pagi Penikmat Kopi.

Ada kegiatan rutin selain menulis sekarang yang aku lakukan. Sejak ikut Reading Challenge ODOP (RCO) aku jadi terpaksa membaca setiap hari. Dulu aku tergolong pembaca akut. Bisa gak tidur sampai pagi hanya untuk melahap habis satu novel tebal. Suami sampai keheranan, apa serunya membaca buku yang isinya hanya deretan tulisan. Tapi itulah kalau cinta terkadang tak perlu punya alasan.

Nah, terkadang cinta pun bisa meredup kalau tidak dijaga. Seperti cintaku pada membaca. Membawa alibi kesibukan kantor dan kesibukan emak-emak, akhir-akhir ini semangat membacaku mulai menghilang. Tapi alhamdulillah RCO membawa semangatku membaca kembali pulang.

Malam ini aku membaca kumpulan cerpen Sepotong Hati yang Baru karya Tere Liye. Aku senyum-senyum sendiri membacanya. Penulis satu ini selalu berhasil memikat hatiku untuk jatuh cinta pada tulisan-tulisannya. Detail dan mampu membawa imajinasi pembaca untuk hanyut dalam cerita.

Aku pikir tulisan semacam itu hanya bisa disajikan oleh mereka yang sudah punya nama dan karya yang berjejer di deretan terdepan Gramedia. Ternyata aku salah. Aku bisa menemukan karya indah juga dalam sebuah blog bertajuk Celoteh Aksara. Serasa masih ada di dalam buku kumpulan cerpen Tere Liye ketika aku membaca satu per satu tulisan pada blog ini. 

Tulisan Dita, senior ODOP yang lebih muda sepuluh tahun dari aku ini ringan sebenarnya. Tapi pemilihan kata dan penyusunan kalimatnya membuat cerita-cerita ringan itu terkemas dalam cara penyajian yang indah. Seharusnya tulisan-tulisan ini tidak hanya tersaji dalam blog saja, tapi sudah layak untuk diterbitkan menjadi sebuah buku.

Semakin banyak aku membaca tulisannya aku jadi gemes sendiri. Dalam hati bertanya-tanya, "Ini blog atau novel?"

Bagaimana bisa dia menceritakan hal-hal ringan yang sepertinya terjadi dalam kehidupannya sehari-hari tapi dengan gaya bahasa yang penulis sekali. Bahasa sekelas novel yang sering aku baca. Sementara aku hanya bisa menulis dengan gaya bahasa buku diary. Hahaha...

Mungkin aku harus mengikuti saran yang dia sampaikan dalam tulisannya yang berjudul 'Ada Apa dengan RCO?'

Kalau tulisanmu menemui titik jenuh dan stuck alias writing block, coba tengok bacaanmu sudah berapa banyak?

(Dyah Yuukita)

#30DWC
#30DWCJilid12
#Squad3
#day21
#RCO
#tantanganbonus
#reviewblog

Selasa, 10 April 2018

Berangkat Berlibur ke Rumah Nenek


Ujian sekolah jadwal terakhir sudah selesai, Adam dan Hawa pulang sekolah dengan ceria. Sudah terbayang dalam pikiran mereka untuk berlibur ke rumah nenek di desa. Dari semua tempat yang pernah mereka datangi, rumah nenek adalah tujuan berlibur yang paling menyenangkan. Nenek selalu baik pada Adam dan Hawa karena mau membelikan jajan apa saja yang mereka minta ketika ikut nenek ke pasar. Adam dan Hawa juga bisa main ke sawah, mencari ikan ke sungai, memberi makan ayam dan kambing. Benar-benar akan menjadi liburan yang menyenangkan untuk dua anak kelas 1 SD ini.

Bunda, kita jadi ke rumah nenek kan? Kapan kita berangkat? Nanti sore atau besok pagi?” Hawa tidak sabar untuk memastikan pada bunda tentang liburan mereka. Mereka langsung menyerbu bunda di dapur begitu sampai di rumah sepulang sekolah. Belum berganti baju dan juga belum meletakkan tas mereka langsung berlarian mencari bunda yang ternyata sedang menyiapkan makan siang untuk mereka. 

Adam pun tidak mau kalah semangat, “Iya Bunda kita jadinya berangkat jam berapa?” Bunda hanya tersenyum melihat anak-anak yang begitu ceria dan semangat untuk segera berlibur ke rumah nenek. Tapi bunda meminta mereka untuk meletakkan tas dan berganti baju dulu sebelum membahas rencana liburan. Anak-anak pun menuruti kata bunda dengan hati riang. 

Sambil makan siang, akhirnya mereka membahas rencana liburan mereka. Besok pagi mereka akan berangkat ke rumah nenek di Jogja. Mereka akan berlibur selama satu minggu di sana. Jadi, malam ini Adam dan Hawa harus membantu ayah dan bunda untuk menyiapkan semua keperluan yang akan dibawa ke rumah nenek. Adam dan Hawa juga harus tidur lebih awal agar besok tidak bangun kesiangan.

Adam dan Hawa memperhatikan penjelasan Bunda dengan seksama. Bayangan untuk berlibur di rumah nenek semakin jelas dalam pikiran mereka. Dari siang sampai malam mereka langsung sibuk menyiapkan semua keperluan yag akan dibawa ke rumah nenek. Mereka pun menuruti perkataan ibu untuk tidur lebih awal. Sepertinya malam ini mereka akan bermimpi mengejar ayam di halaman rumah nenek yang luas dan penuh pepohonan.

Keesokan paginya, mereka pun bersiap-siap untuk berangkat ke rumah nenek. Semua barang sudah dimasukkan ke dalam mobil. Ayah dan bunda memastikan semua peralatan listrik seperti televisi, AC, dan lampu sudah dimatikan. Adam dan Hawa membantu dengan memeriksa semua pintu dan jendela apakah sudah terkunci semua. Kata ayah dan bunda, ini adalah salah satu adab bepergian. Memastikan rumah ditinggalkan dalam keadaan aman. 

Setelah semua dipastikan aman, ayah dan bunda mengajak Adam dan Hawa untuk berdo’a sebelum bepergian. Mereka semua duduk di sofa ruang keluarga dan ayah memimpim mereka untuk berdo’a agar perjalanan mereka lancar dan selamat sampai ke rumah nenek.

اٰÙ…َÙ†ۡتُ بِاﷲِاِعۡتَصَÙ…ۡتُ بِاﷲِتَÙˆَÙƒَّÙ„ۡتُ عَÙ„َÛŒ اﷲِ  ÙˆَÙ„َاحَÙˆۡÙ„َ ÙˆَÙ„َاقُÙˆَّ ÛƒَاِÙ„َّابِاﷲِ
“Aku beriman kepada Allah, berlindung kepada-Nya dan berserah diri kepada-Nya (pula). Tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah

Sebelum berangkat mereka juga tak lupa untuk pamit ke tetangga. Memberi kabar bahwa mereka sekeluarga akan berlibur ke rumah nenek selama seminggu dan juga meminta tetangga untuk mendo’akan selama mereka di perjalanan. Pamit ke tetangga ini juga merupakan salah satu adab bepergian yang diajarkan dalam Islam. Jadi mereka bisa berangkat berlibur dengan hati tenang dengan dibantu do’a oleh tetangga. Rumah kita yang ditinggalkan selama liburan pun insyaallah akan aman.

Adam dan Hawa tidak sabar untuk segera berangkat ke rumah nenek. Mereka berlarian dari rumah tetangga dan segera naik ke mobil. Ayah dan bunda pun segera menyusul mereka setelah selesai berpamitan ke tetangga sebelah dan depan rumah. Ayah dan bunda pun sebenarnya juga ingin segera berangkat. Membayangkan pancaran mata nenek yang akan berbinar bahagia menyambut kedatangan mereka di kampung halaman rasanya sangat menyenangkan.

Ayah, Bunda jangan lupa berdo’a dulu ya. Kata bu guru kita harus berdo’a menaiki kendaraan darat sebelum mobilnya jalan.” kata Adam mengingatkan. Alhamdulillah anak ayah bunda pintar sekali. Memperhatikan apa yang disampaikan oleh ibu guru di sekolah. Ayah dan bunda akhirnya meminta tolong Adam untuk memimpin do’a menaiki kendaraan darat. Adam dengan ceria dan lantang memimpin do’a. Dia sudah hafal do’a menaiki kendaraan darat karena di sekolah sudah pernah diajari. 

سُبۡØ­َانَ الَّØ°ِÙŠۡ سَØ®َّرَÙ„َÙ†َاهَØ°َاوَÙ…َاكُÙ†َّالَÙ‡ُ Ù…ُÙ‚ۡرِÙ†ِÙŠۡÙ†َÙˆَاِÙ†َّااِÙ„َÛŒ رَبِّÙ†َالَÙ…ُÙ†ۡÙ‚َÙ„ِبُÙˆۡÙ†ُ
“Mahasuci Tuhan yang memudahkan kendaraan ini bagi kami, padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainy, dan kepada Allah kami kembali”

            Mobil pun mulai berjalan setelah Adam, Hawa dan ayah bunda selesai memanjatkan do’a. Allah akan melindungi kita jika kita mengawali perjalanan dengan do’a. Ayah dan bunda juga selalu mengingatkan kalau selama dalam perjalanan, kita harus banyak berdo’a dan berdzikir pada Allah.


#ceritafiksi
#adabbepergian 
#30DWC
#30DWCJilid12
#Squad3
#day19 
This entry was posted in