Semangat pagi Penikmat Kopi,
Aku mau curhat, nih. Hari ini aku lagi kehabisan ide, gak tahu mau nulis apa. Setelah beberapa hari full energy untuk belajar menulis fiksi, lalu baterai mulai melemah. Ketika baterai melemah, langkah paling aman adalah menulis puisi. Ketika kita menguntai kata menjadi sebuah puisi yang diperlukan adalah mengeluarkan isi pikiran dengan lancar. Mungkin tantangannya adalah memilih kata dan diksi yang pas. Tapi kalau menulis fiksi ampun, banyak banget yang harus dipikirkan. Tokoh, alur cerita, konflik, latar tempat dan sepertinya masih banyak yang harus dipikirkan.
Salut sama para penulis novel yang tentunya butuh waktu lama untuk melakukan riset demi mendapatkan karakter tokoh yang pas, latar tempat yang detail, konflik yang keren, dan juga alur cerita yang menarik. Salut juga sama teman-teman yang bisa menulis fiksi semudah saya menulis status di sosial media. Ketik, ketik, ketik, jadilah sebuah fiksi yang sederhana tapi bagus ceritanya.
Perlu kerja keras buatku belajar menulis fiksi. Menulis dengan penuh perasaan, meresapi setiap kata per kata yang kutuliskan. Alhamdulillah sekarang sedang berada dalam satu grup dengan teman-teman beraliran fiksi. Dan yang terpenting mereka baik hati, tidak sombong, dan rajin berbagi ilmu menulisnya. Aku menjadikan tulisan-tulisan mereka sebagai referensi belajar. Mempelajari kata per kata. Meski ada waktunya juga aku lelah.
Lelah dan harus tetap menulis. Membagi pikiran antara penyelesaian pekerjaan kantor yang harus kelar sebelum libur lebaran dan menyiapkan semua keperluan mudik saja sudah cukup bisa jadi alasan aku kehabisan ide. Tapi karena tetap harus menulis, jadilah kutulis curahan hati ini. Melepaskan beban perasaan. Bukankah menulis adalah salah satu terapi untuk menjaga kewarasan diri?
#30DWCJilid13 #Squad10 #Day22
0 komentar:
Posting Komentar